Beritajogja.co – Kabupaten Kulonprogo bergetar dengan kegiatan seru yang digelar oleh masyarakat bersama Titiek Soeharto, putri presiden kedua Republik Indonesia, yang turun langsung ke sawah untuk menanam padi dan hortikultura bersama warga di Dusun Surjan Triharjo, Kapanewon Wates Sabtu (16/12).
Acara ini bukan hanya sekadar seremonial, tapi benar-benar meriah dan sarat makna, dan diikuti dengan semangat tinggi oleh warga setempat. Desa Triharjo yang dikenal sebagai sentra pertanian di Kulonprogo menjadi tempat yang tepat untuk merayakan kegiatan ini. Titiek Soeharto tidak hanya menjadi figur yang hadir untuk dihormati, tapi juga ikut berperan aktif di lapangan.
Baca Juga: Mengenang Masa Kecil Titiek Soeharto: Jejak Kehidupan Anak Perempuan Presiden Soeharto
Gaya santai Titiek Soeharto terlihat saat ia mengenakan baju sederhana dan berbaur dengan masyarakat. Bersama-sama, mereka menanam benih padi dan hortikultura. Suasana akrab dan kekeluargaan terasa kuat, mengingatkan pada nilai-nilai gotong-royong yang kental di kawasan pedesaan.
Dalam interaksinya dengan masyarakat, Titiek Soeharto tidak hanya berbicara tentang pertanian sebagai mata pencaharian, tapi juga mengedepankan ide pertanian berkelanjutan. Beliau berbagi pemahaman tentang pentingnya beralih ke metode pertanian yang ramah lingkungan, berfokus pada keberlanjutan ekosistem dan keberlanjutan hasil panen.
Selama kegiatan, Titiek Soeharto juga memanfaatkan kesempatan ini untuk memberikan sosialisasi tentang pertanian organik. Berbagi pengetahuan mengenai pemupukan organik, pengendalian hama alami, dan pemanfaatan sumber daya lokal menjadi bagian penting dari kegiatan ini.
Selain melibatkan masyarakat dari elemen kelompok tani, kegiatan ini juga melibatkan pemuda dari Desa Triharjo. Mereka diajak untuk ikut serta dalam menanam dan merawat tanaman, mengajarkan mereka pentingnya keberlanjutan pertanian sejak usia dini.
Kegiatan Titiek Soeharto turun ke sawah tanam padi dan hortikultura yang melibatkan masyarakat desa Surjan, Triharjo, Wates, bukan hanya acara seremonial biasa. Lebih dari itu, ini adalah bentuk kepedulian dan komitmen pada pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Semangat gotong-royong dan kesadaran akan pentingnya pertanian organik semakin terasa kuat di tengah-tengah masyarakat. Inisiatif positif seperti ini menjadi pendorong utama menuju pertanian yang lebih lestari di Yogyakarta.
