Tagline “Handarbeni Hangrungkebi” mengusung falsafah Jawa yang menekankan rasa memiliki, bertanggung jawab, serta merawat.
Sebanyak 40 grup musik jazz dari dalam dan luar negeri tampil dalam acara ini, memberikan pertunjukan gratis kepada masyarakat. Kolaborasi menarik dari beberapa grup seperti SweetSwingNoff Big Band, Mildjazzproject feat Eva Celia, Kevin Yosua, 5Petani, Kuntari, Samy Thiébault & Felipe Cabrera dari Prancis, Tom van der Zaal Quartet dari Belanda feat Rubah di Selatan, White Shoes & The Couples Company, Kartabaya, Sinten Remen & Trie Utami, serta Sirkus Barock x Iksan Skuter turut memeriahkan gelaran ini.
Ngayogjazz tidak hanya menghadirkan hiburan musik, tapi juga memberikan ruang bagi penonton untuk menikmati belanja kuliner dan produk UMKM yang disediakan oleh penyelenggara acara.
Nia Niscaya, Ahli Utama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), menyatakan bahwa kegiatan musik jazz yang diselenggarakan di perkampungan menjadi inklusif. Ngayogjazz masih menjadi salah satu agenda nasional Kemenparekraf hingga saat ini.
Sementara itu, Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa, mengungkapkan kekagumannya terhadap Ngayogjazz yang telah konsisten menghadirkan musik jazz di area perkampungan. Dari 17 kali penyelenggaraan, 10 di antaranya diadakan di Sleman. Danang menyoroti keberhasilan acara ini dalam mempromosikan pariwisata Sleman dan memberikan dampak ekonomi pada warung-warung kecil dan UMKM di lokasi gelaran.
Board Ngayogjazz, Aji Wartono, menjelaskan pemilihan Gancahan sebagai lokasi acara tahun ini didasarkan pada potensi sejarah yang kuat. Hal ini terkait dengan keberadaan makam Kiai Wirajamba, sosok yang memiliki peran penting dalam sejarah Yogyakarta. Gancahan juga dikenal memiliki potensi seni dan budaya yang kaya, yang terus dilestarikan dan dikembangkan.