beritajogja.co | Kulonprogo, DIY — Arus modernisasi tak menyurutkan langkah pengrajin kayu di Padukuhan Sentolo, Kulonprogo. Pada 7 Agustus 2025, tim dosen dan mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) memulai program pengabdian masyarakat berjudul KAYURI (Kayu Kreatif Inovasi). Program yang didanai Kemendiktisaintek ini bertujuan memberdayakan pengrajin kayu lokal dengan teknologi modern dan strategi pemasaran masa kini.
Tim UST & Skema Program
Tim pengabdi diketuai oleh Dr. Widodo, M.Pd., dan beranggotakan Dr. Desy Rufaidah, Umi Wahidah, serta mahasiswa lintas jurusan—mulai dari Pendidikan Vokasional Teknik Mesin hingga Ekonomi.
Mereka membekali pengrajin dengan keterampilan operasional mesin bubut, pendesainan ukiran presisi menggunakan laser, strategi branding, dan cara menjangkau konsumen lewat media sosial, marketplace, dan website. Pendekatan ini menyasar transformasi dari kerajinan tradisional ke produk “greenpreneur” yang siap bersaing.
Testimoni dan Perubahan Produksi
Salah satu pengrajin, Saiful, mengungkapkan bahwa sebelumnya mereka hanya memproduksi ukiran kayu dalam jumlah terbatas dan desain sederhana. Setelah pendampingan, ia mulai menghasilkan produk dengan desain lebih variatif dan kualitas lebih presisi. “Dulu saya takut menggunakan mesin digital. Sekarang, hasilnya jauh lebih baik dan bisa sesuai pasar,” ujarnya.
Intervensi ini juga menarik minat generasi muda di Sentolo untuk ikut terlibat dalam proses pemasaran digital produk kayu—mendorong kesinambungan usaha dan memudahkan pengrajin menghadapi tantangan ekonomi modern.
Kolaborasi dengan Pemerintah & Peluang Jejaring
Program ini tidak dijalankan sendiri. UST melibatkan Dinas Koperasi dan UMKM Kulonprogo agar produk pengrajin bisa dipamerkan dan dipasarkan melalui PLUT Kulonprogo. Hasil karya pengrajin sudah ditampilkan dalam seminar nasional di UST yang dihadiri pejabat Kemendikbudristek, sebagai bentuk dukungan resmi pemerintah pusat.
Upaya ini membuka jalur pasar baru dan menciptakan jaringan yang mempertemukan pengrajin dan pembeli yang lebih luas.
Tantangan & Harapan Ke Depan
Transformasi berkelanjutan menghadapi beberapa hambatan: keterbatasan infrastruktur digital di desa, penyesuaian mental pengrajin terhadap teknologi, dan volume produksi yang belum setara kapasitas pasar besar. Namun harapan tetap terbuka—jika program ini berjalan baik, Sentolo bisa menjadi contoh desa kreatif berbasis kerajinan kayu modern di DIY.
UST berharap bahwa melalui KAYURI, kemampuan tradisional pengrajin Sentolo tidak hanya lestari, tetapi berkembang — menjadi motor ekonomi lokal dengan daya saing nasional.