beritajogja.co | Pemerintah Kota Yogyakarta dan Pemda DIY resmi menggelar kampanye becak listrik di Malioboro pada 18 Juli 2025, sebagai langkah strategis menjadikan kawasan ini bebas kendaraan bermotor dan beremisi rendah.
Kampanye ini diluncurkan di Jalan Malioboro—titik paling padat wisatawan dan penduduk lokal—untuk mendukung rencana penutupan kendaraan bermotor, termasuk becak motor (betor), guna menjaga kualitas udara dan kenyamanan pejalan kaki.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menjelaskan bahwa kampanye ini tidak sekadar simbolis, tapi bagian dari strategi menyeluruh menata kawasan bersejarah paling ikonik di Jogja. Becak listrik diharapkan menjadi moda transportasi resmi yang ramah lingkungan, bertenaga listrik, dan bebas asap knalpot.
Baca juga: 50 BERKREATIF Diluncurkan, Dorong Penurunan Emisi Dan Jaga Eksistensi Becak
Mereka juga merencanakan penataan ulang “sirip-sirip” Malioboro—area mangkal becak dan andong—dilengkapi fasilitas pengisian daya untuk mendukung operasional becak listrik.
Peluncuran kampanye dilaksanakan Jumat (18/7/2025) siang, dengan simbolik kehadiran beberapa unit becak listrik di ruas utama Malioboro. Becak listrik ditargetkan menggantikan betor, menghadirkan moda transportasi wisata yang lebih tenang dan bebas polusi. Rute awal meliputi Pos Teteg Malioboro hingga Kompleks Kepatihan, sementara titik pengisian daya saat ini baru ada di satu lokasi, yakni Hotel Melia Purosani, Jalan Mayor Suryotomo.
Dani Pramono (57), salah satu pengemudi, menyambut baik kemudahan becak listrik: “Mesin dinamo membantu tenaga, dan jika baterai habis, saya bisa tetap mengayuh sendiri.” Menurutnya, moda ini lebih populer di kalangan wisatawan karena tidak menimbulkan kebisingan dan mudah dikendalikan.
Kendala utama saat ini adalah ketersediaan fasilitas pengisian baterai yang masih minim; Dani berharap titik-titik charge lebih banyak agar operasional harian bisa maksimal.
Arah Kebijakan ke Depan
- Ekologi urban: Penggantian betor dengan becak listrik dapat memangkas emisi karbon dan meningkatkan kualitas udara di pusat kota.
- Infrastruktur pendukung: Pemerintah perlu menambah stasiun pengisian daya strategis di sepanjang koridor Malioboro agar pengemudi lebih leluasa.
- Pelatihan dan sosialisasi: Pengemudi perlu mendapat pelatihan teknis dan pemasaran agar becak listrik bisa berkembang sebagai wisata transportasi unggulan.
- Replikasi berhasil: Jika berhasil, model berbasis energi terbarukan ini bisa diterapkan di area wisata budaya lainnya di Yogyakarta dan sekitarnya.
Kampanye becak listrik di Malioboro menandai era baru transportasi ramah lingkungan di pusat kota budaya Jogja. Tinggal bagaimana implementasi dan dukungan infrastruktur menyatu.