beritajogja.co | Dalam rangka mendorong peningkatan konsumsi ikan di masyarakat, Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Soeharto (Titiek Soeharto) menggelar Safari GEMARIKAN yang digelar di tiga lokasi berbeda: Pendopo Kalurahan Srimulyo, Piyungan (Bantul), Balai Desa Selang di Wonosari, dan Balai Desa Kelor di Karangmojo (Gunungkidul).
Acara pertama berlangsung di Pendopo Kalurahan Srimulyo dan dihadiri oleh berbagai pejabat, antara lain Staf Ahli Kementerian, pejabat dari Dinas Kelautan & Perikanan DIY dan Kab Bantul, wakil bupati, Kapolres, Dandim, serta Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul. Acara kemudian bergeser ke lokasi-lokasi lain di Gunungkidul bersama Bupati Endah Subekti.
Baca juga: Siti Hediati Soeharto Turun Gunung! Bantu Alsintan Kulon Progo untuk 34 Kelompok Tani
Wakil Bupati Bantul Aris Suharyanta menjelaskan bahwa Kabupaten Bantul akan melalukan Sosialisasi Konsumsi Ikan ini mencakup 16 titik dan 18 titik pelatihan pengolahan ikan. Ia menekankan bahwa konsumsi ikan adalah salah satu cara menyiapkan generasi yang cakap di era Indonesia Emas 2045.

Kepala Dinas Kelautan & Perikanan DIY R. Hery Sulistio Hermawan menyampaikan bahwa selama 20 tahun terakhir, pemerintah DIY mengarahkan visi pembangunan ke maritim. Meski DIY berada di daratan, potensi laut selatan dianggap sangat tinggi sebagai sumber pangan masyarakat. Ia mendorong agar konsumsi ikan masyarakat DIY meningkat — dari rata-rata 36 kg per kapita saat ini menuju angka yang mendekati rata-rata nasional yang mencapai 58 kg. Di sisi lain, ia menyebut prevalensi stunting DIY tahun 2024 sebesar 17,4%.
GEMARIKAN sebagai Intervensi Gizi & Pencegahan Stunting
Staf Ahli Menteri Bidang Kemasyarakatan dan Hubungan Antar Lembaga, Victor Gustaaf Manopo, menyebut Safari Gemarikan sebagai strategi penting dalam membantu masyarakat yang terpapar stunting. Ia menyebut bahwa di Bantul angka stunting mencapai 16,5%. Dengan menggerakkan konsumsi ikan—yang kaya omega-3, protein, zat besi, dll.—maka potensi pencegahan stunting menjadi lebih kuat. Ia juga memaparkan data bahwa konsumsi ikan per kapita di Bantul baru sekitar 13,91 kg, jauh di bawah target.
Sementara itu, di Gunungkidul, Titiek Soeharto didampingi Bupati Endah Subekti yang menyebut bahwa Kabupaten Gunung Kidul punya potensi besar di sektor perikanan dan budidaya. Ia juga menyebut rencana pabrik es di wilayah pesisir agar hasil tangkapan tidak cepat rusak.
Fakta & Data Penunjang
- Program GEMARIKAN (Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan) telah menjadi strategi nasional untuk meningkatkan gizi dan konsumsi ikan di masyarakat—termasuk di DIY.
- Sebuah studi di Dusun Karanganom, Pleret, Bantul menemukan bahwa program GEMARIKAN memberi pengaruh terhadap minat konsumsi ikan masyarakat setempat.
- Di Bantul, program GEMARIKAN juga dipromosikan sebagai upaya menekan angka stunting.
Tantangan & Harapan ke Depan
Beberapa tantangan yang mesti dihadapi:
- Perilaku Konsumsi & Kebiasaan
Banyak keluarga masih menganggap konsumsi ikan sebagai lauk mahal atau tidak rutin. Butuh edukasi intensif agar ikan menjadi menu biasa, bukan spesial. - Logistik & Infrastruktur
Daerah pegunungan atau pedalaman memerlukan rantai dingin/pabrik es agar ikan tetap bisa dijual layak konsumsi. Rencana pembangunan pabrik es di Gunungkidul menjadi salah satu solusi. - Pendampingan & Pelatihan
Pelatihan pengolahan ikan di 18 titik di Bantul diharapkan membantu masyarakat mengolah ikan agar lebih variatif, tahan lama, dan diterima pasar lokal.
Titiek Soeharto menyampaikan bahwa program ini nyata manfaatnya, terutama bagi nelayan dan keluarga. Ia mengajak:
- Biasakan makan ikan sehari-hari, meski sederhana
- Pastikan ibu hamil dan balita mendapat asupan ikan
- Dorong sekolah dan posyandu untuk edukasi gizi berbasis ikan
- Hidupkan UMKM pengolahan ikan agar ekonomi lokal tumbuh
- Jadikan konsumsi ikan sebagai budaya keluarga
Dengan gotong royong dan sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat desa, Titiek optimis program ini akan membantu menurunkan angka stunting di Gunungkidul (21 %) dan Bantul serta memperkuat ketahanan gizi lokal.