Beritajogja.co, – Tradisi Rasulan di Padukuhan Warung, Kalurahan Gedangrejo, Kapanewon Karangmojo, menjadi momen penting bagi masyarakat yang menjunjung tinggi adat dan tradisi dari wilayah keistimewaan Yogyakarta. Meskipun tidak bergantung pada dana keistimewaan, mereka tetap berhasil menyelenggarakan acara tersebut.
Acara Rasulan yang berlangsung selama 3 hari 3 malam didanai oleh partisipasi warga. Mereka mengusung tema “Golong Gilik Untuk Maju,” dan rangkaian acara termasuk senam, jalan santai, pengajian Akbar oleh KH. Arif Gunadi, serta pertunjukan seni tradisional seperti Jathilan Kudho Sanjoyo. Kenduri dan pagelaran wayang kulit menjadi puncak acara, dihadiri dengan antusiasme tinggi oleh warga sekitar.
Kepala Padukuhan Warung, Sucoko, menegaskan bahwa Rasulan adalah bagian dari tradisi leluhur mereka yang harus tetap dilakukan, tidak tergantung pada kucuran dana dari pemerintah provinsi Yogyakarta atau dinas kebudayaan Kabupaten Gunungkidul.
Menurut Sucoko, meskipun tidak ada dana keistimewaan, warga Padukuhan Warung tetap bersemangat untuk menyelenggarakan Rasulan. Mereka berkontribusi secara sukarela untuk acara ini karena percaya bahwa Rasulan adalah bagian dari warisan budaya yang harus dijaga dan dirayakan.
Sucoko juga berpendapat bahwa jika ada dana keistimewaan yang ditujukan untuk acara Rasulan, sebaiknya pihak terkait turun langsung ke masyarakat untuk pelaksanaannya.
Tradisi Rasulan merupakan ritual budaya tahunan di Kabupaten Gunungkidul yang melibatkan upacara massal dan menjadi ajang silaturahmi bagi masyarakat lokal maupun yang berada di perantauan. Acara ini biasanya dilakukan setahun sekali setelah masa panen dan memunculkan berbagai pertunjukan kesenian dan budaya yang beragam.