Beritajogja.co, – Kegiatan Visitasi Kalurahan Budaya merupakan momen penting dalam mengapresiasi upaya dan potensi yang dimiliki oleh suatu kalurahan. Dalam kasus Kalurahan Bendung, upaya untuk menjadi Kalurahan Budaya tampak sangat kuat dan menarik perhatian.
Pertama-tama, terdapat penghargaan atas kinerja para pamong Kalurahan Bendung dalam menggerakkan konsep wisata terpadu. Wakil Bupati Gunungkidul Heri Susanto menyoroti betapa terlibatnya masyarakat dalam upaya ini, yang dapat menjadi contoh bagi kalurahan lain dalam mengoptimalkan potensi wilayahnya.
Salah satu aspek yang disoroti adalah Lumbung Mataraman yang dibangun menggunakan dana keistimewaan Yogyakarta. Inisiatif ini, yang diresmikan langsung oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X, diharapkan mampu menciptakan ekosistem baru dalam pariwisata pertanian di Kabupaten Gunungkidul.
Selain itu, Wakil Bupati menyatakan harapannya bahwa Kalurahan Bendung, setelah diakui sebagai desa wisata, akan menarik lebih banyak pengunjung. Dia menekankan potensi atraksi budaya, potensi pariwisata dalam konteks edukasi pertanian, dan bagaimana wisatawan dapat terlibat langsung dalam kegiatan pertanian.
Ketua tim penilai, Drs. Gandung Djatmiko, M.Pd, juga memberikan apresiasi yang tinggi terhadap persiapan Kalurahan Bendung. Dalam penilaiannya, Gandung menyoroti keunikan Kalurahan Bendung dalam menampilkan kelengkapan dari aspek budaya, desa primer, hingga keterlibatan Kelompok Wanita Tani (KWT). Gandung juga mengungkapkan harapannya bahwa Kalurahan Bendung dapat menjadi salah satu dari sepuluh Kalurahan terbaik dalam penilaian ini.
Namun, Gandung juga menyoroti kurangnya permainan tradisional dalam beberapa Kalurahan, karena pengaruh teknologi yang membuat beberapa permainan tradisional anak-anak terlupakan. Menurutnya, pelestarian permainan tradisional adalah hal yang penting dalam keberlangsungan budaya lokal.
Terkait dengan pelestarian bahasa Jawa, Gandung menggarisbawahi bahwa tanggung jawab itu bukan hanya pada pemerintah kalurahan, tapi juga pada kurikulum sekolah dasar. Gandung menekankan bahwa pembelajaran budaya haruslah menjadi tanggung jawab bersama semua pihak, bukan hanya pemerintah setempat.