Bantul

Asal-Usul Nama Bantul: Sejarah, Legenda, dan Makna Budaya

×

Asal-Usul Nama Bantul: Sejarah, Legenda, dan Makna Budaya

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi: Kota Bantul Tempoe Doeloe

beritajogja.co | Kabupaten Bantul, salah satu wilayah administratif penting di Daerah Istimewa Yogyakarta, memiliki sejarah panjang yang berkaitan erat dengan kerajaan-kerajaan Jawa, khususnya Kerajaan Mataram Islam. Nama “Bantul” sendiri menyimpan kisah menarik yang berasal dari peristiwa sejarah bercampur dengan unsur legenda dan budaya tutur yang diwariskan turun-temurun oleh masyarakat Jawa.

Secara historis, nama Bantul diyakini muncul pada masa pemerintahan Panembahan Senopati, raja pertama Mataram Islam yang memerintah sekitar akhir abad ke-16. Kisah yang paling terkenal terkait asal-usul nama ini adalah peristiwa ketika Ki Ageng Mangir Wanabaya, menantu Panembahan Senopati, melakukan perjalanan dari wilayah kekuasaannya di Mangiran menuju Kotagede, pusat kerajaan Mataram, untuk menghadap mertuanya.

House of Raminten, Restoran Legendaris Penuh Cita Rasa dan Budaya di Jantung Jogja

Dalam perjalanan tersebut, rombongan Ki Ageng Mangir membawa berbagai barang persembahan dan bekal. Saat sampai di sebuah daerah tertentu, konon barang-barang tersebut berguncang-guncang secara tidak biasa — dalam bahasa Jawa, kondisi ini disebut “mentul-mentul” atau “bantul-bantul” (gerakan naik-turun atau tidak stabil). Dari peristiwa itu, muncul sebutan tempat tersebut sebagai Bantul, sebagai bentuk peniruan suara atau tindakan yang terjadi di lokasi itu.

Versi lain dari cerita rakyat menyebut bahwa hati Ki Ageng Mangir saat itu tengah bimbang atau “mentul” (ragu-ragu), karena perjalanan tersebut adalah simbol penyerahan diri sekaligus kerelaan menghadapi nasib sebagai menantu yang sempat berselisih dengan Panembahan Senopati. Dilema batin itu kemudian ikut memengaruhi penamaan wilayah yang dilaluinya.

Dalam naskah klasik seperti Babad Tanah Jawi dan Babad Mangir, disebutkan pula bahwa wilayah Bantul memiliki peranan penting sebagai jalur strategis antara pusat kerajaan (Kotagede) dan wilayah barat daya seperti Pajangan dan Imogiri. Artinya, kawasan ini tidak hanya memiliki kisah simbolik, tapi juga fungsi geografis dan politik yang signifikan.

Etimologisnya, sebagian pakar bahasa menganggap kata “Bantul” berasal dari gabungan atau evolusi bunyi khas Jawa Tengah bagian selatan. Namun, pengaruh legenda dalam penamaan tempat menjadi kekuatan budaya tersendiri, di mana masyarakat lokal lebih memegang cerita turun-temurun sebagai identitas daerah mereka. Inilah yang membuat nama Bantul bukan sekadar label administratif, tetapi juga cermin dari nilai historis dan kebudayaan Jawa.

Seiring perkembangan zaman, Bantul tumbuh menjadi kabupaten yang kaya akan tradisi, seni, serta situs sejarah dan budaya, seperti Makam Raja Imogiri, Goa Selarong (markas Pangeran Diponegoro), hingga Pantai Parangtritis yang kental dengan mitos Ratu Kidul. Semua elemen ini memperkuat nilai historis dan magis yang mengiringi kisah asal-usul nama Bantul.

Dengan demikian, asal-usul nama Bantul bukan sekadar kisah etimologi, tetapi juga bagian dari narasi besar sejarah Mataram, konflik batin tokoh perintis, dan kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi di tanah Jawa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *