Kegiatan tersebut dihadiri oleh Gus Muwafiq dan KH Abdul Hakim Machfudz sebagai pimpinan kedua pesantren yang berkolaborasi. Selain itu, sejarawan NU Aguk Irawan, MN juga turut hadir dalam acara tersebut.
Ketua panitia acara, Nurul Fatchiati, menjelaskan bahwa acara ini bertujuan untuk memperkenalkan kembali perjuangan KH Hasyim Asy’ari, mengingat nilai-nilai dan perjuangannya yang telah mengkonsolidasi umat Islam di Indonesia, terutama dalam melawan penjajah Belanda dan Jepang pada masa penjajahan.
Nurul menekankan pentingnya nilai-nilai perjuangan Hadratussyeikh (KH Hasyim Asy’ari) sebagai contoh bagi masyarakat Indonesia, mengingatkan akan pentingnya persatuan dan nasionalisme di atas kepentingan politik yang sementara.
Ahmad Rozali dari Swara NU, salah satu penyelenggara acara, menambahkan bahwa langkah strategis KH Hasyim Asy’ari dalam mendirikan Nahdlatul Ulama bersama ulama lain telah menjadi fondasi penting dalam memperjuangkan agama, bangsa, dan kemanusiaan secara bersamaan. NU, sejak didirikan pada tahun 1926, tetap relevan dalam berbagai aspek kehidupan umat manusia di Indonesia.
Rozali menekankan bahwa NU senantiasa menjadi mitra objektif bagi pemerintah, memberikan dukungan sekaligus memberikan pengingat atas kesalahan yang mungkin dilakukan oleh pemerintah. Semua ini dianggap sebagai berkah dari perjuangan Mbah Hasyim Asy’ari.
Acara ini bertujuan untuk menggali kembali perjuangan dan kebijaksanaan KH Hasyim Asy’ari, agar generasi mendatang dapat memperoleh inspirasi dari sosok yang memiliki kedalaman ilmu dan kearifan tersebut. Perjuangan serta pemikiran strategis KH Hasyim Asy’ari diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi bagi generasi yang akan datang.