Beritajogja.co, – Program Desa Budaya di Temuwangi, yang ditetapkan pada 12 Mei 2018 oleh Bupati Klaten, Hj. Sri Mulyani, menjadi perhatian besar bagi masyarakat setempat. Namun, sayangnya, kabar tentang penetapan ini belum tersebar luas, meskipun Temuwangi memiliki berbagai kekayaan budaya yang dijaga dengan antusiasme tinggi oleh warga.
Berbagai seni tradisional seperti ketoprak, jaran kepang, hadroh, dan jathilan telah menjadi bagian integral dalam kehidupan masyarakat Temuwangi, diwariskan dari generasi ke generasi.
Fransisca Fortunata Riana, seorang mahasiswa Antropologi Sosial dari Universitas Diponegoro yang tengah menjalani KKN di Desa Temuwangi, memutuskan untuk melakukan pemetaan budaya di sana. Dengan pendekatan ini, dia menggali dan mendokumentasikan berbagai potensi budaya yang dimiliki desa tersebut.
Pemetaan budaya melibatkan wawancara dengan tokoh masyarakat yang paham tentang budaya lokal serta dokumentasi visual berupa foto dan video untuk merekam aspek-aspek budaya yang ditemui.
Informasi yang terkumpul dianalisis dan diolah menjadi peta budaya, memberikan gambaran yang komprehensif tentang identitas budaya Desa Temuwangi.
Hasil dari pemetaan budaya ini dipamerkan kepada masyarakat pada perayaan kemerdekaan pada 6 Agustus 2023. Pameran ini menjadi kesempatan bagi warga untuk lebih dekat dan memahami kebudayaan di Desa Temuwangi. Tidak hanya menjadi penonton, tetapi masyarakat juga menunjukkan minat besar untuk mempelajari lebih lanjut tentang budaya yang dihadirkan dalam pameran.
Program cultural mapping dan pameran ini tidak hanya merangkum kekayaan budaya di Desa Temuwangi, tetapi juga meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga warisan budaya mereka. Melalui semangat ini, para mahasiswa KKN telah membawa perubahan positif dalam pelestarian budaya di Desa Temuwangi.