BeritaJogja.co | Jakarta | Perkiraan awal musim kemarau yang diperkirakan terjadi lebih cepat dari biasanya oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah menjadi sorotan. Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, perubahan ini terkait dengan peralihan angin monsun Asia yang menuju angin timuran dari benua Australia ke wilayah Indonesia.
Pada bulan April 2023, prakiraan awal kemarau diperkirakan akan dimulai dari wilayah Nusa Tenggara, Bali, dan sebagian Jawa Timur. Sementara pada bulan Mei, kemarau diperkirakan akan menyentuh lebih banyak wilayah di Indonesia, mencakup sejumlah zona seperti Jakarta, sebagian kecil Pulau Jawa, sebagian besar Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, sebagian besar Riau, sebagian besar Sumatera Barat, dan sebagian Pulau Kalimantan bagian utara.
Namun, perubahan ini juga diiringi oleh potensi cuaca buruk di beberapa wilayah yang termasuk gelombang tinggi. Terdapat bibit siklon tropis yang terbentuk di Laut Natuna dan Australia, yang bisa berdampak pada cuaca ekstrem meskipun wilayah tersebut sedang memasuki musim kemarau.
Dampak dari paradoks cuaca ini diperkirakan akan membawa perubahan iklim yang signifikan di Indonesia. Kondisi ini menjadi sorotan penting karena memberikan gambaran awal tentang pola cuaca yang akan memengaruhi berbagai aspek kehidupan di wilayah tersebut.